Antusias Masyarakat Sambut Kedatangan Ustad Abdul Somad di Istana Alwatzikhoebillah |
PojokKata.com – Semesta selalu punya cara untuk memberikan ruang bagi siapa saja untuk berjumpa, di tempat manapun dan di waktu kapanpun. Tak terkecuali dengan orang yang mungkin saja kehadirannya tidak disangka namun selalu didamba.
Kali ini peristiwa berharga terjadi. Ujung Borneo kedatangan seorang Ustadz kharismatik, berwibawa, ternama, dan memiliki ratusan, ribuan, hingga jutaan penggemar di seluruh Tanah Air Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Ustadz Prof. H. Abdul Somad, Lc., MA., Ph.D.
Hiruk pikuk manusia penghuni Sambas menyelimuti jalan di sekitar Istana Alwatzikoebillah. Kedatangan Ustadz Abdul Somad yang terjadwal pada malam hari pukul 20.30 tidak membuat masyarakat hadir tepat waktu, tidak pula terlambat, melainkan jauh mengawali mulai dari sore hari. Para pranata umum sipil berompi hijau juga mulai sibuk menjaga ketertiban jalan. Ada beberapa ruas jalan yang ditutup untuk menghindari tumpukan kendaraan alias kemacetan.
Ingin rasanya menyapa sanak saudara yang mungkin ikut hadir, namun terhalang karena tak mengenali wajah yang ada di balik masker. Untungnya, masyarakat masih sadar akan pentingnya protokol kesehatan.
Dapat ditebak bahwa pakaian warga akan menyesuaikan dengan kegiatan yang dihadiri. Gamis cantik nan menjuntai dengan hijab dari yang syar’i hingga berbagai model bagi kaum hawa dan baju koko, kurta, hingga jubah serta kopiah di kepala bagi kaum adam.
Cuaca mendung tak menyurutkan antusias penduduk Kabupaten Sambas untuk datang berjumpa dengan Ustadz idola. Terlihat rombongan dari desa datang ke Dermaga Istana menggunakan motor air. Salah satu dari rombongan itu ada seorang kakek yang terlihat sangat semangat, H. Bunjamin M. Ali namanya. Ia berasal dari Dusun Jambu, Desa Beringin, Kecamatan Sajad. Turun dari desanya pada pukul 15.30 dan sampai di istana pada pukul 17.15. Hampir dua jam berada di atas perahu beratap itu.
Bunjamin mengatakan bahwa dirinya rela datang jauh-jauh dari desa karena ingin mendengar ceramah Ustadz Abdul Somad secara langsung.
“Kamek merase terpanggil terutame untuk mendengar ceramah-ceramah beliau yang artinye di TV kite udah sering mendengar, tapi secare langsung belum. Kami sangat tergugah dengan akan mendengar ceramah beliau secare langsung,” ujarnya.
Pria paruh baya itu juga merasa sangat gembira karena sudah sampai di Istana Kesultanan Sambas, beliau berharap dapat menanamkan dalam diri apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Somad.
“Mudah-mudahan nanti ape yang beliau sampaikan dapat ditanamkan di dalam diri kite dan mengamalkannya, haa Insyaa Allah,” harap Bunjamin.
Masyarakat yang datang dari sore hari, mengikuti sholat maghrib berjamaah yang mengakibatkan Masjid Jami’ penuh dan menerapkan pergantian giliran jamaah.
Usai sholat maghrib, masyarakat bingung, ingin bersyukur atau bersedih. Antara ingin mengucap hamdallah atau hadoh nah. Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa turun mengguyur Kota Serambi Mekah. Halaman Istana yang tadi kering menjadi basah dan dipenuhi genangan air. Tanah yang tadi keras, jadi becek dan berlumpur.
Namun, meski langit menumpahkan tangisnya, antusias masyarakat tak kunjung luntur. Mereka tetap menguatkan gelora dan tekad untuk menyambut kedatangan Tuan Guru Bajang. Para warga baik dari dalam atau luar Sambas rela basah dan menunggu.
Pagar Istana yang tadinya bebas untuk lalu lalang menjadi antri panjang untuk melakukan pengecekan suhu. Jika berdiri di tengah-tengah halaman istana, sejenak akan terlupa dengan megah dan sakralnya tempat kediaman Sultan Sambas terdahulu, dikalahkan dengan perhatian yang tertuju kepada ramainya orang berbondong-bondong memenuhi kanan dan kiri yang telah dipisah antara jamaah laki-laki dan jamaah perempuannya. Suami dan istri dipisah dengan dibatasi oleh pagar hitam besi bagaikan film India tentang drama dua sejoli yang terhalang tembok pembatas negeri.
Tim Hadrah Sambas mengisi kekosongan acara dengan suara yang merdu sambil menunggu kehadiran Datuk Seri Ulama Setia Negara. Terdengar desas-desus masyarakat yang sudah mulai letih menunggu namun tak ingin pulang dengan harapan bisa menatap langsung sosok Ustadz Abdul Somad. Hingga ada yang bilang bahwa mungkin Ustadz tak jadi datang. Bahkan saat Ustadz Haji Muda menyampaikan kultum, terlihat warga tak terlalu fokus mendengarkan karena di dalam pikiran sudah mengharap kedatangan UAS secepatnya.
Di antara gerimis dan malam hari, payung ditangan, jas hujan di badan, plastik dan spanduk sebagai alas duduk menghiasi pemandangan Istana Alwatzikoebillah Sambas. Masyarakat yang riuh tiba-tiba terfokus pada suara pembawa acara yang menyambut kedatangan Ustadz Abdul Somad.
Sambutan dan ceramah yang dinanti-nanti pun dimulai. Betapa indah suasana yang membuat mata berbinar melihat Ustadz meski dari kejauhan ataupun dari layar proyektor yang terpancar. Senyum sumringah nya menjangkiti para jamaah hingga tersenyum selebar-lebarnya.
Seperti biasa, tutur katanya yang tegas dan lugas namun adem didengar oleh telinga membuat masyarakat menyaksikan dengan khidmat. Tak pernah tertinggal sisipan humor sebagai ciri khasnya yang kerap mengundang gelak tawa jamaah.
“Polisi-polisi malam ini yang mengamankan dakwah maka mereka masuk surga, tentara-tentara malam ini yang mengawal dakwah selama mereka bertugas mereka mendapatkan pahala jihad fisabilillah, Satpol PP- Satpol PP yang hadir malam ini niatnya untuk menegakkan agama Allah, mereka juga mendapatkan pahala, anak mereka anak yang sholeh dan sholehah, Kami Pak Ustadz, itu contoh aja tak semua kusebutkan, sampai adzan subuh lah baru selesai,” kata Ustadz Abdul Somad.
Para awak media pun tak mau ketinggalan dengan perilaku modernitas yan sering dilakukan oleh Ustadz yang dijuluki Dai Sejuta View ini. Mereka juga ingin cerdik dalam menggunakan media sosial, baik itu melakukan live streaming, berita instan di akun-akun informasi seputar Sambas, foto dan video yang diunggah, hingga para wartawan yang sudah siap sedia lahir dan batin untuk meliput sebuah berita yang menarik.
Rangkaian acara demi acara telah dilewati. Seperti kalimat yang sering diucapkan oleh Master of Ceremony yaitu “tibalah kita di penghujung acara”. Jamaah meninggalkan Istana Alwatzikoebillah Sambas sesaat setelah Ustadz Abdul Somad membaca do’a dan menutup ceramahnya.
Salah satu hal yang membuat bahagia memanglah bertemu dengan sang idola. Terkadang bahkan sampai lupa atau tidak tahu maksud dan tujuan kedatangannya. Karena yang mereka harapkan biasanya hanyalah memandang langsung sang tokoh tercinta, memantapkan hati dan pikiran bahwa seseorang itu nyata, bukan hanya tokoh fiksi di balik layar saja.
Namun inilah bedanya jika yang hadir adalah seorang Ulama atau Tokoh Agama. Ada harapan kepada seluruh masyarakat Sambas untuk tidak hanya ingin berjumpa tanpa mengambil keberkahan ilmu yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Somad. Dengan mendengar ceramah beliau, bukan hanya meningkatkan iman melainkan mendapatkan pula ketenangan jiwa. Ramainya jamaah yang hadir di kegiatan Silaturahmi Bersama Ustadz Abdul Somad diharapkan juga terjadi dalam pengajian-pengajian lain di Kabupaten Sambas.