You are currently viewing Ada Covid, Awas Jangan Lupakan AIDS
red aids ribbon in hand. soft focus on ribbon

Ada Covid, Awas Jangan Lupakan AIDS

pojokkatanews.com – HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika semakin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan semakin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka yubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan

Saat di wawancarai pada Rabu, (26/01/2022) Sapto Suharyoko, S.K.M., M.M. Kepala bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas menyatakan senyak 42 orang penderita HIV/AIDS.

“Jumlah penderita HIV/AIDS pada tahun 2021 ada 42 orang, laki-laki 30 orang dan perempuan berjumlah 12 orang,” ungkapnya.

 

 

Ada Covid, Awas Jangan Lupakan AIDS

 

Adapun sebaran lokasi penderita dari yang tertinggi hingga terendah diantaranya ada 2 orang anak-anak dengan usia paling rendah

“Sebaran lokasi dari perilaku homosexual 17 orang, heterosexual 23 orang, pasangan resiko tinggi 5 orang, ibu hamil 1 orang, anak 2 orang dengan usia 1 tahun dan 7 tahun, dan wanita penjaja sex itu ada 2 orang. Dengan rentang usia 46 tahun yang tertinggi dan yang paling rendah itu berumur 1 tahun,” bebernya.

Beragam lokasi sebaran di Kabupaten Sambas dan yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Pemangkat.

 

Sapto menuturkan upaya pencegahan dan edukasi terus dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, selain itu juga dilaksanakan kerja sama dengan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS

“Pertama bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sambas.

Bagi orang yang berisiko terjangkit itu discreening dengan kategori pasangan resiko tinggi, ibu hamil, pengguna narkoba di screening semuanya,” tuturnya

 

“Kedua visit ke rumah sakit, untuk screening awal sediakan stok untuk stick screening R1 sejumlah 20 ribu stick. Kalau untuk R2 dan R3 itu bukan kewenangan kita menyediakan tetapi itu kewenangan provinsi,” sambungnya.

Adapun untuk kesediaan stok stick screening R1 sejumlah 20 ribu disebarluaskan kepada puskesmas dan R2 dan R3 masing-masing berjumlah 100 stick

“R1 berjumlah 20 ribu stick mungkin masih cukup untuk satu tahun atau lebih, R2 dan R3 masing-masing berjumlah 100 stick. R1 disebarluaskan kepada puskesmas di Kabupaten Sambas dengan pemeriksaan dilakukan oleh bidan.

Kalau untuk R2 dan R3 ada di rumah sakit, begitu ada yang terduga suspect HIV/AIDS pasien di bawa ke rumah sakit dan diperiksa pada tahapan R2 dan R3 yang dilakukan oleh tenaga Kesehatan di laboratorium,” ujarnya

 

“Pemeriksaan HIV/AIDS ada tiga tingkatan dan baru bisa dinyatakan terkonfirmasi HIV/AIDS jika sudah menjalani tiga kali screening.

HIV/AIDS itu dikendalikan bisa tetapi untuk kesembuhan tidak bisa. Dengan rutin meminum obat tertentu,” pungkasnya.

Dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, dr Fatah Mariyunani, penderita HIV-AIDS kebanyakan memiliki latar seks beresiko.
“Dari semua penderita HIV dan AIDS terutama mereka yang meninggal hampir semua punya latar belakang sex yang beresiko,”ujarnya.

 

Diakui dia, diantara penderita HIV-AIDS ini memiliki latar belakang pernah bekerja di luar negeri.
“Sebagian dari mereka ada yang bekerja di luar daerah dan luar negeri. misalnya Batam, Jakarta, kuching Malaysia, Taiwan dan daerah lainnya,”kata dia.

Dijelaskan Kepala Dinas, penanganan kondisi tersebut akan dilakukan secara menyeluruh bersama seluruh sektor terkait.
“Penanganan HIV sangat kompleks dan harus dilakukan lintas sektoral, kalau dari yang saya ungkapkan tadi, faktor kebiasaan seks bebas juga menjadi satu diantara penyebab, karena itu berarti kemenag haruss ikut turun juga,”jelasnya.

Dinkes untuk saat ini cuma bisa memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, dan kolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, lalu melakukan pemeriksaan terhadap orang yang beresiko dan yang positif diberi pengobatan,” pungkasnya.

Sebelumnya tercatat sejak tahun 2000 hingga 2019, Epidemi AIDS di Kabupaten Sambas terus meningkat hingga mencapai 466 kasus. Ini belum terakumulasi dengan tahun 2020 dan 2021.

Tokoh masyarakat, Saiban mengatakan HIV dan AIDS setiap saat dapat mengancam masyarakat kabupaten sambas, siapa saja bisa beresiko untuk tertular virus HIV dan AIDS
“Yang harus menjadi atensi kita bersama adalah, kasus HIV dan AIDS ini bukan saja terjadi pada kalangan komunitas beresiko tinggi saja, akan tetapi sudah terjadi penularan secara lebih luas lagi kepada kelompok yang tidak berisiko,” papar dia.

Diantaranya bayi dan anak anak yang tertular dari ibunya, para ibu rumah tangga yang tertular dari suaminya dan remaja baik laki-laki dan perempuan.
“Oleh sebab itu diperlukan langkah langkah nyata yang sistematis, terkoodinir dan berkelanjutan untuk memutus mata rantai penyebaran virus HIV dan AIDS,” tegasnya. (nik/red)

Tinggalkan Balasan