Pojokkatanews.com- Pengalaman selama 18 tahun menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia, membuat Kiswandi belajar banyak hal dan keterampilan dalam bekerja
Tidak hanya pengalaman pahit selama berada di tanah rantau, namun juga banyak belajar keterampilan khusus terutama keterampilan mengelas.
Pria asal dusun Parit desa Sungai Kelambu ini, mulai mengadu nasib di negara tetangga sejak tahun 1997 sebagai pekerja migran Indonesia saat itu.
Kiswandi berangkat dengan penuh harapan untuk meraih sukses menggapai impian di negeri jiran, dengan modal kemauan tanpa dibekali keahlian.
Ia ingin merubah nasib ekonominya menjadi lebih baik. Sebab, di desa, sulit menemukan pekerjaan kala itu.
Di Malaysia Kiswandi bekerja berpindah-pindah tempat dan majikan.
“Pertama berangkat ke Malaysia tahun 1997, dan akhirnya pulang pada tahun 2015 dan memutuskan untuk bekerja di kampung halaman,” ujar Kiswandi, Rabu (23/2/2022).
Kiswandi menceritakan, sudah banyak tempat dan pelosok yang ia datangi saat bekerja di Malaysia sebagai tukang las.
Sehingga dari sanalah ia mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang las, sebagai keterampilan yang ia terapkan dalam membuka bengkel las di desa Sungai Kelambu.
Selama bekerja sebagai tukang las secara berpindah-pindah, Kiswandi banyak mendapat ilmu dan pengetahuan. Sehingga ia dipercaya oleh majikannya untuk memimpin teman-temannya, pada sejumlah proyek disejumlah tempat di Malaysia Timur.
Setelah 18 tahun bekerja di Malaysia, Kiswandi pulang ke kampung halamannya pada tahun 2015.
Kiswandi setelah itu, mencoba membuka usaha bengkel las di depan rumah tempat tinggalnya. Namun usaha yang akan ia rintis terkendala modal usaha, lantaran penghasilan saat bekerja di Malaysia habis untuk kebutuhan sehari-hari selama di sana.
Namun karena niat dan tekad, ia akhirnya mendapatkan pinjaman modal dari kakak kandungnya.
“Awal mula buka bengkel dapat pinjaman dari kakak sebagai modal usaha, uang sebanyak Rp 7 juta digunakan untuk membeli beberapa peralatan. Dan tempat kerja juga dihalaman depan rumah,” cerita Kiswandi.
Dari situ, Kiswandi memulai usaha bengkel las miliknya dan kemudian mulai membuat berbagai barang dari besi yang dilas.
“Sejumlah barang yang kita produksi mulai dari pintu teralis, alat pertanian berupa mesin perontok padi, juga memperbaiki bak mobil truk dan lainnya,” kata Kiswandi.
Keterampilan mengelas yang menghasilkan sejumlah barang oleh Kiswandi terus berkembang, bahkan sudah ada enam orang temannya semasa di Malaysia yang turut bekerja membantu ia di bengkel las tersebut.
“Ada teman yang tidak lagi bekerja ke Malaysia, turut bergabung bersama saya di bengkel las saya ini,” tutur Kiswandi.
Diakui oleh Kiswandi, bekerja di kampung halaman sendiri lebih nyaman dan tenang ketimbang bekerja di Malaysia.
Keterampilan mengelas yang menghasilkan alat pertanian berupa mesin perontok padi oleh Kiswandi, sudah ia pasarkan hingga ke perbatasan Indonesia-Malaysia.
“Beberapa waktu lalu ada pesanan mesin perontok padi dari perbatasan, dan sudah kami selesaikan dan sudah dikirim,” katanya.
Pada awal pandemi Covid-19, Kiswandi mengakui bengkelnya sempat tidak beroperasi akibat tidak adanya pesanan.
“Pada awal pandemi sempat tidak beroperasi, bahkan untuk menutupi angsuran sempat harus menjual beberapa barang,” ucap Kiswandi.
Kiswandi mengajak PMI untuk lebih mengedepankan pekerjaan yang bisa diterapkan dikampung halaman, karena setelah tidak lagi bekerja bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
“Belajar dari pengalaman, saya mengajak kawan-kawan PMI untuk mempunyai keahlian atau keterampilan lain. Sehingga ketika kembali ke kampung halaman bisa menciptakan pekerjaan, walaupun tidak untuk orang lain minimal untuk diri sendiri,” tutupnya.