Pojokkatanews.com– Bupati Kabupaten Sambas, H. Satono, S.Sos.I., M.H., menghadiri Temu Lapang dan Panen Padi Varietas Unggul Baru (VUB) Balitbangtan Kementan kerjasama balai pengkajian teknologi pertanian kalimantan barat di Desa Lonam, Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, Rabu (9/3/2022).
Turut hadir dalam acara ini Wakil Ketua DPRD Sambas, Camat Pemangkat, Kepala BPTP, Lolit Tungro Sulawesi Selatan, Danramil, Kapolsek, Kadis Pertanian, Poktan Pemangkat, kepala BPS, Kadis Pertanian Provinsi, serta Forkopimcam Kecamatan Pemangkat.
Bupati Kabupaten Sambas, H. Satono, S.Sos.I., M.H., mengatakan bahwa panen yang kedua di Desa Lonam ini menghasilkan peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan sebelumnya.
“Hari ini kita hadir menyaksinkan panen ke dua di Desa Lonam dan yang pertama kemarin hadir ditempat yang sama Pak Wamentan, pada kali ini kita juga ditempat yang sama, Desa yang sama, Varietas yang sama, tapi dengan hasil yang berbeda,” Katanya.
“Tahun 2021 yang lalu, kita panen dengan hasil 8,5 ton perhektar, tapi hari ini Alhamdulillah ada progres lebih menggembirakan yaitu 9,7 ton perhektar,” Lanjut Satono.
Hal tersebut merupakan kabar bagus untuk para petani di Kabupaten Sambas agar dapat melakukan peningkatan penghasilan yang sama dengan percontohan yang sudah terbukti di Desa Lonam, Kecamatan Pemangkat.
“Ini tentu kabar gembira bagi kita semua semoga, Desa Lonam ini menjadi rule model dicontoh bagi Desa-Desa yang ada diwilayah Kabupaten Sambas,” Ujar Bupati Sambas.
Satono menginginkan bibit padi yang sebelumnya telah dibagikan kepada petani, agar segera digunakan, supaya hasil yang progresif juga dirasakan oleh petani di Kecamatan lain.
“Saya ingin bibit yang tadi dibagikan oleh Kepala Balai bisa segera ditanam, sehingga tiga bulan kedepan, kita ingin Kecamatan lain juga bisa ikut panen seperti yang kita lakukan di Desa Lonam hari ini ,” ingatnya.
Satono menyebutkan akan terus berupaya memberikan dukungan kepada para petani, agar dapat mewujudkan beras premium berkemajuan di Kabupaten Sambas.
“Saya selaku Kepala Daerah tentu terus berusaha maksimal bagaimana mengupayakan kebutuhan pupuk untuk masyarakat petani tercukupi dan mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau, tentu ini terus kita perjuangkan, mudah-mudahan seiring dengan berjalannya waktu apa yang menjadi harapan masyarakat bisa terpenuhi,” Sebutnya.
Kepala BPTP Kalbar, Dr. Rustan Massinai, S.T.P., M.Sc., mengatakan Sambas harus mulai berfokus menghasilkan padi untuk Indonesia, bahkan bisa untuk diekspor ke negara lainnya.
“600 ribu jumlah penduduk di Sambas, itu bukan yang harus kita perhatikan lagi, kita punya 723 juta di Indonesia itu yang harus kita pikir sekarang, kalau bapak Bupati tadi menghitung jumlahnya adalah 3.000 ton, dan 3 juta Kilogram jika terpenuhi dalam setahun itu bisa kita lempar keluar, itu yang diekspor,” Ucapnya.
Paling tidak bisa mengekspor ke negara tetangga Malaysia dalam satu tahun kedepan dengan program Sambas berkemajuan.
“Alangkah indahnya pak Haji Satono bisa mengekspor beras varietas 36/37 lewat jiran Malaysia, ini yang kami harapkan dan akan memberikan dukungan sepenuhnya, lewat padi berkemajuan, beras berkemajuan sejalan dengan Sambas Berkemajuan dengan bahan baku 36/37,” Ujar Rustan.
Rustan menegaskan bahwa penghasilan padi Varietas 36 dan 37 terbesar adalah di Desa Lonam Kecamatan Pemangkat.
“Lonam ini tidak kekurangan air, disini bukan tadah hujan, tapi pasang surut, luar biasa pak kami ini lama di Kalteng belum pernah terjadi kasus pasang surut itu menghasilkan 7 ton bersih,” Tegasnya.
Kepala Loka Penelitian Penyakit Tungro, Dr. Sumarni Panikkai, SP., M.Si., menjelaskan bahwa Varietas 36 dan 37 ini diciptakan untuk meminimalisir hama tungro, tapi malah mencapai potensi penghasilan puncak di Sambas.
“Varietas inpari 36/37 itu sebenarnya yang ditonjolkan tahan tungronya, tetapi di Sambas bukan tungro yang muncul malah produktivitasnya yang tinggi, hampir mencapai potensi yang selama ini ada di karakter varietss ini yaitu mencapai 9 sampai 10 ton,” Jelasnya.
“Itu menjadi keunikan bagi kami sebagai peneliti dan akan menjadi PR buat kami bahwa ternyata inpari ini mendapatkan rumah barunya, meskipun dirakit di Sulawesi Selatan,” Lanjut Sumarni.
Hal tersebut membuat Kepala Loka Penelitian Sulawesi Selatam merasa takjub dan memutuskan untuk melihat langsung yang dihasil di Desa Lonam dengan Varietas Inpari 36 dan 37.
“Disini Tungro tidak muncul tetapi produksi mencapai potensi dari varietas itu sendiri dan itu sangat luar biasa bagi kami itulah yang membuat kami tertarik, sehingga terjun dan melihat langsung,” Pungkasnya. (Yud)