Pojokkatanews.com- Gerattak sabbok bepatahan, dilanggar lanting dari sembarang, urang sabbok kebabbangan, nak nyembarang kepayahan.
Demikian kiranya penggalan syair lagu daerah sambas yang berjudul gerattak sabbok.
Lagu ini mengangkat cerita tentang banjir besar yang melanda sungai sambas pada tahun 1970 an, banjir kala itu menenggelamkan sebagian besar kota selama tujuh hari dan tujuh malam.
Alhasil banjir yang deras membuat puluhan rumah terapung atau lanting dari Desa Semberang di bagian hulu sungai hanyut dan menabrak gerattak sabbok hingga roboh.
Berperahu di sungai sambas, takkan lengkap jika kita tidak menyambangi geratak sabbok.
Akan tetapi perubahan besar telah mengelus jembatan ini sedemikian rupa, masih bernama gerattak sabbok, namun secara keseluruhan telah berubah menjadi jembatan beton besi nan megah.
Sejarah tak tinggal sejarah, Gerattak Sabbok, jembatan kayu yang dulunya dibangun sejak zaman pemerintahan kerajaan sambas dirobohkan dan dipindah di Kampung Dagang atau Desa Lubuk Dagang.
Seluruh material kayu dari gerattak sabbok kembali dijadikan jembatan di Desa Lubuk Dagang guna memenuhi keinginan masyarakat setempat yang selama ini mendambakan jembatan.
Dan jadilah Gerattak Sabbok yang baru sebagai tempat muda mudi menghabiskan senja diatas sungai sambas.
Sungai yang membelah kota Sambas menjadi tiga bagian ini mengandung potensi wisata yang sangat besar
Terletak di jantung Bumi Sambas, sungai sambas begitu tenang dan bersih. Hal ini terwujud berkat pemerintah daerah, yang telah melarang penduduk di bantaran sungai untuk melakukan aktifitas buang air besar dan kegiatan lainnya sejak tahun 1990.
Berkembang sejak dimekarkan pada tahun 2000, Kabupaten Sambas terus berbenah, satu diantaranya dengan membangun waterfront di tepian sungai sambas.
Meski tak begitu panjang, akan tetapi pembangunan waterfront ini memacu penduduk setempat untuk memanfaatkan tepian sungai sebagai daerah bersantai yang menyenangkan. Hal ini tentu saja menjadi sumber pendapatan baru bagi mereka.
Daerah aliran sungai tak kalah indah, perahu memancing udang galah khas sambas yang memiliki atap serta muda mudi mengarungi arus sungai yang tak deras menggunakan kanu dan sampan tradisional hilir mudik menjelang senja.
Tak banyak sampah yang ditemukan, yang ada hanya pelepah sagu atau rumput dan kayu mangrove hanyut pertanda sungai ini begitu dicintai masyarakat sekitarnya.
Satu diantara tren terbaru di sungai sambas adalah ber kanu diatas sungai tersebut.
Kanu atau perahu yang terbuat dari plastik ataupun fiber ini dibentuk khusus untuk digunakan tanpa harus mengalami oleng.
Hal ini membuat para penggemar wisata kanu sungai sambas menjadi semakin bertambah.